Pendekatan Arsitektur Tropis Pada Bangunan SMAK Syuradikara Ende

Authors

  • Petrus Jhon Alferd Depa Dede Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Flores
  • Silvester Masias Siso Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Flores
  • Fabiola T.A. Kerong Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Flores

DOI:

https://doi.org/10.37478/teknosiar.v14i1.1131

Abstract

Bangunan kolonial di Indonesia merupakan fenomena yang unik, percampuran budaya antara penjajah dan budaya Indonesia yang tidak terdapat ditempat lain serta disesuaikan  dengan kondisi iklimnya yaitu iklim tropis lembab. Kota Ende pada masa lalu menjadi salah satu daerah tujuan para pedagang dan pelayar dari Jawa,  Makassar,  dan  Ternate.  Karena  menjadi  salah  satu  titik  transit  para  pedagang  maka  sejarah keagamaan dan kepentingan-kepentingan Kolonialisme bermain di daerah-daerah pelabuhan di Kota Ende. Bangunan bernilai sejarah yang masih bertahan dan memiliki ciri arsitektur  kolonial di Kota Ende, salah satunya adalah bangunan Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Syuradikara, yang keberadaannya tanpa disadari beradaptasi dengan iklim tropis. Untuk mengetahui sejauh mana kondisi iklim tropis (pendekatan arsitektur tropis) dapat mempengaruhi desain bangunan SMAK Syuradikara di Kota Ende, maka penulis melakukan  kajian.  Kajian  ini  dilakukan  dengan  menggunakan    metode  kualitatif  deskriptif.  Pendekatan terhadap iklim tropis yang dikaji meliputi orientasi bangunan, bukaan dan material yang digunakan. Metode kualitatif  deskriptif  digunakan  untuk  menguraikan  elemen  desain  bangunan  SMAK  Syuradikara  yang berkaitan  erat  dengan  iklim  tropis.  Dalam  melakukan  kajian  ini  pengumpulan  data  dilakukan  dengan wawancara,  survey,  observasi  dan studi literatur.  Dari hasil kajian ditemukan  bahwa orientasi  bangunan secara keseluruhan menghadap dan memanjang kearah utara   dan selatan. Permukaan bangunan yang menghadap arah datang dan terbenam matahari hanya sedikit yang menerima panas matahari. Aliran angin di sekitar bangunan datang dari arah timur dan barat dan ruangan yang mendapatkan  aliran angin yang baik adalah ruang kelas. Orientasi peletakan jendela lebih dominan menghadap ke arah utara dan selatan. Keberadaan  teras  disepanjang  bangunan  untuk  mengantisipasi  sinar  matahari  langsung  yang  mengenai dinding bangunan, serta hempasan dari air hujan. Material lantai dari keramik dan tegel yang belum dipoles dengan  permukaan  sedikit  kasar  sehingga  menyerap  panas,  ruangan  cenderung  lebih  dingin.  Dinding bangunan terbuat dari susunan bata yang diplester, tebal dinding antara 30 sampai 40 centimeter, sehingga dapat mereduksi udara panas yang ada dalam ruangan.

Downloads

Download data is not yet available.

Keywords:

arsitektur tropis, sekolah menengah atas katolik syuradikara, kota ende

References

Groat, L. & Wang, D, 2002. Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Hadinoto. 2010. Arsitektur dan Kota-kota di Jawa pada Masa Kolonial. GrahaIlmu. Yogyakarta. Krier, R. 2001 . Komposisi Arsitektur, Erlangga, Jakarta.

Lippsmeier, G. 1980. Bangunan Tropis (Edisi ke-2). Erlangga, Jakarta.

Gordon, Alex (1988), Simposium IAI : Change and Heritage in Indonesia Cities, Konstruksi, Jakarta.

Kumuru, Veronica A. (2015). Pengaruh Gaya Arsitektur Kolonial Belanda pada Bangunan

Bersejarah di Kawasan Manado Kota Lama. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015.

Purwanto, L.M.F. (2004), Kenyamanan Termal pada Bangunan Kolonial Belanda di Semarang, Jurnal Dimensi Teknik Arsiteklur, Volume 32, Nomor 2, Desember.

Downloads

Published

2020-04-30

How to Cite

Dede, P. J. A. D. ., Siso, S. M. ., & Kerong, F. T. . (2020). Pendekatan Arsitektur Tropis Pada Bangunan SMAK Syuradikara Ende. TEKNOSIAR, 14(1), 10-19. https://doi.org/10.37478/teknosiar.v14i1.1131

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>